Itinerary 3D2N Trip to Sumatera Barat Jalur Darat (Jalur Lintas Tengah Sumatera)


Ada empat jalur lintas utama Sumatera yang bisa Anda lalui untuk mencapai Sumatera Barat menggunakan jalur darat; Jalan raya lintas barat (Jalinbar), Jalan raya lintas tengah (Jalinteng), Jalan raya lintas timur (Jalintim) dan Jalan raya lintas pantai timur. Tiap jalur memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Jalur lintas barat misalnya. Menyusuri wilayah pesisir pulau Sumatera, jalur ini memiliki pemandangan laut yang menawan terbentang di sepanjang kota Lampung barat hingga pesisir Sumatera Barat. Namun sayangnya, jalur ini rawan longsor, terutama saat musim hujan tiba.

Pilihan jalur lintas tengah Sumatera tak kalah bagusnya lho dengan Jalinbar. Pemandangan hijau hutan dan perbukitan di kiri-kanan jalan serta sejuknya udara menjadi teman setia perjalanan Anda menuju Sumatera Barat. Jalur ini seringkali dipilih oleh para pengemudi kendaraan pribadi, karena selain dinilai lebih aman, jalur ini juga jarang dilalui truk atau kendaraan berat lainnya.

Poin negatifnya, kondisi jalan di jalur ini lebih menantang. Selain struktur jalan berliku (naik turun perbukitan) dan terdapat jalan berlubang di beberapa titik, jalur ini dinilai rawan karena sering dijumpai “bajing loncat” atau perampok di beberapa wilayah, terutama pada malam hari.

Nah, kalau Anda lebih menyukai kondisi jalan yang lurus dan lebih cepat, jalur lintas timur pun bisa jadi pilihan. Hadirnya tol trans Sumatera baru-baru ini terbukti ampuh mempersingkat waktu perjalanan. Perjalanan Bakauheuni (Lampung) – Palembang yang semula membutuhkan waktu sekitar 12 jam pun kini bisa ditempuh dalam waktu 3 jam saja.

Namun sayangnya, kondisi jalan di jalur ini tidak semulus dua jalur lainnya, apalagi jalan yang menghubungkan Palembang-Jambi (yang hingga saya menulis review ini) kondisi kerusakannya masih sangat parah. Jadi sebaiknya Anda mencoret jalur ini jika mobil yang akan Anda gunakan adalah jenis mobil kecil (city car).



Day 1


Pada perjalanan mudik menuju Sumatera Barat kemarin, kami memilih jalur lintas tengah Sumatera. Alasannya karena jalur ini dinilai lebih aman dilalui oleh mobil mungil kami. Selain itu, jalurnya pun lebih singkat untuk mencapai kota Bukittinggi ketimbang dua jalur lain. Beruntung hari itu kami tidak menemui kemacetan yang berarti sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Merak.

Demi mempersingkat waktu, kami memilih kapal eksekutif yang terdapat di dermaga khusus. Bedanya apa dengan kapal ferry biasa? 

Secara fasilitas, kapal eksekutif ini dilengkapi beberapa fasilitas menarik seperti tempat bermain anak (playground), ruang menyusui, ruang berkebutuhan khusus untuk manula, lounge hingga bioskop! (dimana Anda tentunya harus membayar tiketnya secara terpisah). Ruang istirahat dan kamar mandi di kapal cepat ini juga jauh lebih bersih dan terawat. Selain itu, proses loading dan bersandarnya pun terbilang singkat.

Menyebrang pulau menggunakan kapal eksekutif ini mampu mempersingkat waktu perjalanan selama 1 jam! Meski demikian, harga yang dibanderol pun tentu sebanding dengan fasilitasnya. Kami perlu membayar Rp 579.000 untuk tiket 1 mobil atau sekitar Rp 50.000/orang.

Malam pertama dari rangkaian perjalanan kami kemarin, kami memutuskan untuk bermalam di rumah saudara di kota Metro, Lampung setelah melalui hampir 12 jam perjalanan.


  • Penginapan di Lampung : Ada banyak pilihan tempat menginap di kota Bandar Lampung. Mulai dari kelas BnB hingga hotel berbintang yang punya segudang fasilitas. Jika Anda punya budget lebih, rekomendasi saya, coba pilih hotel Whizz Prime yang berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani. Tarif hotel bintang 4 ini mulai dari Rp 400 ribuan. Namun, jika Anda hanya sekedar transit, rasanya hotel BnB (bed and breakfast) seperti Fave Hotel atau POP! Hotel pun bisa jadi pilihan. 


  • Kuliner Lampung: Singgah di kota Lampung, Anda wajib mencicipi bakso H. Son Sonny yang menjadi kuliner khas kota ini. Rasanya tak perlu diragukan lagi dan harganya pun masih sangat terjangkau. Sementara untuk oleh-olehnya, jangan lupa membeli Keripik pisang coklat (banyak juga rasa lainnya). Ada banyak merek keripik pisang enak, seperti Aneka atau Suseno. Harga sebungkus keripik pisangnya sekitar Rp 11.000 aja gaes!


Day 2 



Perjalanan hari kedua kami lanjutkan dengan menelusuri kota Kotabumi dan sebagian wilayah Sumatera Selatan, seperti Martapura, Baturaja, Muara enim, Lahat, Tebing Tinggi dan berakhir di Lubuk Linggau. Dengan adanya tol trans Sumatera, lumayan lah kami bisa memangkas waktu 3 jam perjalanan sebelum keluar di Kotabumi.

Kondisi jalur di hari kedua ini mulai menantang, terutama sejak memasuki wilayah Muara enim. Kondisi jalan perbukitan yang naik turun serta banyaknya tikungan tajam menjadi tantangan tersendiri bagi pengemudi selain harus fokus menghindari lubang-lubang kecil yang tampak di beberapa titik jalan. Pada siang hari jalur ini terlihat cantik, mirip jalur di Jalan raya Puncak, Bogor. Meskipun berliku, tetapi pemandangan hijau di kiri kanan jalan terasa menyegarkan mata.

Kondisi ini berbeda jauh saat malam hari. Hari sudah mulai gelap (lepas Maghrib) ketika kami memasuki wilayah Lahat dan Tebing Tinggi. Wow, ini pertama kalinya saya merasakan serunya berpetualang di hutan rimba Sumatera. Melalui jalur bukit barisan yang disebut rawan perampok, jalur ini justru menjadi candu bagi saya. 


Betapa tidak, kondisi jalan yang sempit (hanya bisa dilalui dua mobil dari dua jalur yang berlawanan) diapit oleh hutan belantara dan jurang di sisi kiri dan kanan jalan. Belum lagi minimnya pencahayaan di sepanjang jalan, membuat jarak pandang semakin pendek. Kami hanya mengandalkan lampu mobil untuk menerangi jalan, sehingga beberapa kali mobil kami ‘terjebak’ di lubang yang luput dari pengelihatan.

Suasana di sepanjang perjalanan dari Lahat menuju Lubuk Linggau terasa begitu hening dan mencekam, apalagi saat hujan deras mulai turun saat kami melewati wilayah Tebing Tinggi. Tapi momen inilah yang justru melekat kuat di ingatan, bahwa suatu hari nanti, kami pasti akan kembali menemuimu, Lahat.


Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 ketika kami sampai di hotel di Lubuk Linggau. Saat itu kami menempuh hampir 17 jam perjalanan (tentunya sudah termasuk berhenti untuk sholat, ke toilet ataupun isi bensin).



  • Penginapan di Lubuk Linggau: Sebagai kota transit, Lubuk Linggau memiliki banyak pilihan tempat menginap dan kuliner. Malam itu kami memutuskan untuk menginap di Dewinda Hotel. Untuk kelas hotel bintang 4,5 Dewinda hotel terbilang cukup murah lho! Kami hanya perlu merogoh Rp 330.000 (exclude breakfast) untuk tipe kamar deluxe. Kamarnya bersih dan nyaman banget! Desain interiornya pun sudah mengadaptasi desain hotel masa kini. Oh ya, saya juga sempat memesan seporsi nasi goreng seafood untuk sarapan anak-anak, dan rasanya enaakkk dengan harga Rp 55.000 (include tax).
 
Interior kamar Deluxe hotel Dewinda, Lubuk Linggau

  • Kuliner di Lubuk Linggau: Jika sempat, cobalah mencicipi kuliner di Lubuk Linggau yang sebenarnya masih didominasi kuliner khas Palembang, seperti pempek. Rekomendasi saya, cobalah makan di warung ‘Pempek 88’ yang berlokasi tak jauh dari hotel Dewinda. Deretan ruko kuliner ini memiliki menu yang cukup lengkap dan rasanya pun enak! Mulai dari nasi bakar, aneka mie, aneka pempek hingga minuman kekinian seperti latte atau es kopi susu. Saat itu saya memesan pempek kapal selam seharga Rp 19.000, kwetiau goreng Rp 25.000, es teh manis dan green tea latte Rp 27.000. Rasanya enak dan menunya pun variatif.


Day 3

Jalan lintas Lubuk Linggau - Jambi


Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 saat kami bertolak dari hotel meninggalkan kota LubukLinggau. Orang bilang, dari sinilah jalur lintas tengah mulai terasa ringan sebab kondisi jalannya lurus (meskipun tetap naik turun perbukitan di beberapa area) dan mulus. Tapi tetap saja, tidak ada jalur yang lebih “mending” di sepanjang Jalan raya lintas Sumatera ini, dimana tiap pengemudi serasa menemukan arena balapan yang menantang.

Lepas dari Lubuk Linggau, Anda akan menjumpai beberapa kabupaten di kota Jambi seperti Sarolangun, Pamenang, Bangko dan Muaro Bungo. Setelah itu, barulah Anda akan memasuki wilayah Sumatera Barat jika sudah memasuki kabupaten Sungai Dareh, Solok, Batusangkar dan berakhir di Bukittinggi. 


Total waktu perjalanan Lubuk Linggau-Bukittinggi menghabiskan sekitar 15 jam perjalanan (termasuk waktu sholat dan makan malam yang kalau di total mungkin sekitar 90 menit). Jadi malam itu kami akhirnya tiba di kota Bukittinggi hampir pukul 01.00 dini hari dengan waktu tempuh sekitar 100km-120km/jam.



Komentar

Postingan Populer