My Breastfeeding Journey

Hey, it's been a while since my last post here. Again, been too busy to update stories. Eniweiii... dalam rangka hari ibu dan ulang bulannya si bungsu (walopun sudah lewat minggu lalu), saya mau share perjalanan menyusui Jio selama 6 bulan ini.
Seperti postingan saya sebelumnya, perjalanan menyusui Jio dimulai dengan pengalaman seputar bingung puting, lecet, dan asi seret. Ngga mudah, tapi saya juga nggak menyerah.
Ternyata, perjuangan sesungguhnya justru dimulai ketika cuti melahirkan usai. Saya harus pompa. Saya harus bisa menghasilkan minimal 400 ml asi untuk mencukupi kebutuhan Jio selama hampir 10 jam saya tinggal.


Awalnya dia cuma butuh 4 botol berisi 100ml/botol. Dua bulan pertama pun persediaan asi saya masih aman. 3 botol asi yg saya bawa pulang masih bisa dibantu stok dari kulkas, hasil tabungan selama saya masih cuti. Semuanya (masih) aman.
Cerita serunya justru dimulai saat Jio masuk di bulan kelima. Disaat kebutuhan asinya mencapai 120ml dalam 5 botol, sedangkan saat itu saya cuma mampu bawa pulang 300ml seharinya. Stok asip pun habis. Berbagai cara udah saya coba. Mulai dari mengkonsumsi berbagai macam asi booster sampe power pumping.
Pekerjaan saya nyaris terbengkalai. Waktu istirahat pun berkurang drastis. Bagaimana tidak, demi mendongkrak produksi asi, saya mesti pompa selama satu jam dengan jeda waktu pompa berikutnya cuma berjarak 2 jam. Harus stabil. Kalau bisa jangan meleset.
Hasilnya memang ngga keliatan dalam waktu sekejap sih. Kenyataannya, akhirnya, saya harus merelakan Jio minum susu formula untuk menutupi kekurangam supply asip selama saya ngantor. Tapi usaha saya membuahkan hasil. Produksi asi pun memenuhi kebutuhan Jio. Akhirnya saya bisa menyentuh angka 120 tiap kali pompa. Alhamdulillah bisa bawa pulang minimal 480ml dari kantor. Sisanya? Saya kejar di malam hari.
Sampai saat ini susu formula masih bertengger manis di meja makan. .. dan masih tersentuh saat saya terpaksa harus lembur. Tapi ketika saya gagal menyandangkan gelar 'S1 ASI' untuk Jio apakah saya harus menyerah? Apakah itu jadi alasan untuk saya berhenti menyusui? Apakah itu berarti saya 'GAGAL' jadi ibu yg baik untuk dia?
Tidak!
Dengan percaya diri level tinggi saya bisa bilang saya tidak pernah menyesal memberikan sufor untuk Jio. Memberikan sufor tidak pernah sedikitpun melunturkan niat dan perjuangan saya untuk menyusui Jio. Sampai detik ini pun asi saya masih mencukupinya. Sufor hanya diberikan saat stok asip habis, karna memang supply asip saya ngga lagi bisa di stok. Kejar tayang memang, tapi saya enjoy.
Walopun sangat melelahkan dan (kadang2) jenuh, menyusui Jio adalah hal terbaik yg bisa saya banggakan pada diri sendiri. Merasakan belaiannya, tatapannya, sensasi gigitannya saat menyusui adalah hal yg ngga ingin saya akhiri. Saya tetap mompa asi, dimanapun, kapanpun. Saat rapat dengan ibu direktur sekalipun. Saat menunggu macet di mobil pun. Tiap waktu saya manfaatkan sebaik mungkin untuk mompa asi.
At the end, saya cuma bisa bilang untuk seluruh ibu menyusui yg kebetulan mampir atau 'tersandung' di artikel ini, menyusuilah dengan keras kepala. Yakinlah klo Allah pasti memudahkan jalan ketika tetap berusaha. Jangan pernah ngerasa malu apalagi berhenti menyerah ketika harus memberikan sufor untuk menambal kekurangan.
Sufor itu bukan racun kok. Bukan aib juga. Kan menyusui anak bukan sebuah perlombaan. Asi adalah hak asasi tiap anak, bukan 'pride' si ibu. Jadi jangan minder kalau anak gagal menyandang gelar S1 Asi. Hey, it isn't everything but you are! Yuk semangat, go asi!
*salamnenen* :)

Komentar

Postingan Populer