Relaktasi Jilid Ketiga

pic by: Aimi-ASI
"Ayo nyusu dong nak," bujuk saya sembari menenangkan tangan dan kaki Barra yang menendang-nendang perut saya. Entah karena asinya ngga keluar atau mungkin dia sudah keenakan sama sensasi "ngucur"nya dot, yang pasti dia gelisah. Udah berbagai macam cara yang saya lakukan untuk memberikannya asi. 2x relaktasi dan tanpa hasil. Saya harus rela merogoh kocek demi membeli kaleng demi kaleng susu sapi yang kualitasnya tak akan mampu menandingi kehebatan asi. 

Saya belum menyerah. Setelah mendapati berat badan Barra yang menurun, saya bertekad untuk mencoba memacu kerja "pabrik susu" pribadi. Konsultasi via telepon dengan Aimi dilakukan untuk mendapat pertolongan pertama. Kuncinya harus banyak nenen supaya dia terbiasa lagi dengan payudara ibunya. Selain itu juga skin to skin dan minum obat untuk menambah produksi asi. Saya lakukan semuanya walopun belum juga berhasil menghentikan pemakaian dot lantaran Barra menolak minum susu melalui spuit (alat untuk menyuntik). 

Kemarin, akhirnya saya bertamu ke sekretariat Aimi-ASI di daerah Fatmawati untuk relaktasi. Tekad penuh membawa saya menemui mbak Mia Sutanto, ketua Aimi untuk berkonsutasi, ditemani suami tentunya. Disana saya menceritakan dari awal kasus laktasi yang saya alami dan mempraktekan bagaimana saya menyusui Barra. Kata mbak Mia, saya adalah pasien dengan kasus ringan, karna asi masih keluar dan anak masih mau menyusu. Kata dia, ada pasien yang datang tanpa setetes asi pun dan anaknya tutup mulut saat disodori payudara. Pasien itu berhasil full asi setelah beberapa waktu relaktasi. Saya yakin saya pun bisa. Selain ngajarin breast compression (eh bener ga ya tulisannya? ;p), mbak Mia juga ngajarin gimana cara merah asi pake tangan plus memakai alat bantu nyusu pengganti dot. All in one dalam waktu 2jam konseling. Ruangan yg nyaman dan dukungan penuh mba Mia bikin saya makin pede untuk menyusui.

Tekad itu saya buktikan dengan tak tersentuhnya dot yang biasa digunakan bersama botol susu. Barra menyusu langsung pada saya, dan sesekali menggunakan selang NGT untuk mengalirkan susu formula dari dalam botol ke dalam mulutnya, jadi seolah-olah asi saya deras. Di lain kesempatan, saya juga melatihnya untuk memakai spuit (alat untuk menyuntik) untuk memasukkan sufor ke mulut Barra, pengganti dot. Mungkin masih baru, masih asing, masih belajar pulak, jadilah ia marah semarah marahnya. Barra tak berhenti menangis, menjerit dan menghentakkan kaki-tangannya sebagai tanda protes. Akhirnya saya pun hilang kesabaran. Saya meletakkannya di kasur. Enggan menyentuhnya yang tengah menjerit-jerit kehausan. Bingung, panik, marah dan sedih bercampur menjadi satu. Kenapa begitu sulit memberikan asi kepada anak saya? Sementara ibu-ibu lainnya begitu mudah menyodorkan payudaranya dan diminum dengan tenang oleh si bayi. Frustasi, tapi beruntung suami ngga ikutan panik. Dia menjadi penengah untuk menenangkan Barra sekaligus memberi pengertian pada saya bahwa ini adalah proses yang bertahap, bukan instan. 

Abang benar, saya harus merubah mindset. obsesi "harus" bisa full asi harus dirubah, karna tujuan utama kita relaktasi kan ingin memberikan asi ke Barra, bukannya terobsesi langsung full asi. Barra belajar mencintai nenennya, dan saya belajar memahami bahwa ini juga fase yang sulit untuknya. 

Kalo diliat dari usaha saya relaktasi sampe 3x, jujur saya begitu ingin memberikan asi pada Barra. Begitu sedih melihat begitu mudahnya orang lain menyusui anaknya. Tapi saya yakin, bahwa suatu saat nanti, perjuangan saya ini akan membuahkan hasil. Kalaupun tidak, paling ngga Barra tau bahwa ibunya begitu ngotot memberikan asi ketika ia masih bayi.

Komentar

  1. Mbak, salam kenal.

    Boleh minta tips untuk meyakinkan keluarga soal relaktasi? Karena kebetulan saya tinggal dengan mertua.

    BalasHapus
  2. halo mba Tammy,

    salam kenal. maaf baru sempat membalas komennya. merubah keyakinan atau pendapat orang tua, apalagi mertua tentang suatu hal memang sangat sulit. saran saya, jangan menentangnya secara blak2an. pelan2 beri pengertian pada mereka kenapa mbak memilih asi, kalau perlu tunjukkan artikel2 tentang pentingnya nge-asi minimal di 6 bulan pertama atau ajak mertua ikut berkonsultasi dengan konselor laktasi. Dengan begitu, mudah2an mereka bisa memahami dan menerima keputusannya mbak Tammy. Smoga membantu yaaa,,sukses terus!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer