Papa dan satu minggu penuh ketegangan


 We never know what will be happen to us. Kalo dalam agama Islam disebut "Kun fa ya kun" yang artinya "Jika Allah menghendaki maka terjadilah". Saya bukannya mau sok religius lho ya, tapi cerita ini tentang papa yang sudah 5 hari ini terbaring lemah di ruang ICU salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Sebelumnya maaf ya dear readers, karna saya baru bisa posting ceritanya sekarang, karna kemarin lagi riweuh dan fokus ngurus papa. Jadinya ngga sempet buka-buka internet.

Tepatnya Sabtu, 11 Februari 2011 yang lalu, hari dimana papa tiba-tiba terserang stroke dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan hasil CT Scan, dokter menganalisa adanya pendarahan di batang otak yang merupakan organ paling vital yang mengatur seluruh fungsi organ tubuh. Makanya ketika di bawa ke RS kondisi tubuh sebelah kiri papa lumpuh, begitupula dengan mata sebelah kanannya yang ngga bisa membuka. 

Kondisi itulah yang membuat papa akhirnya dirawat di Stroke centre (masih di dalam RS yang sama). Satu ruangan besar mirip ruang ICU yang berisi sekitar 4 pasien, dimana keluarga ngga boleh menunggu dan dibolehkan masuk hanya pada jam tertentu aja. Saya sendiri baru bisa nengok papa di hari Minggu-nya, karna kondisi saya yang lagi hamil ngga mungkin untuk nginep disana. Buat keluarga saya, hari Minggu kemarin jadi hari paling menegangkan sedunia. Soalnya siang itu dokter memvonis kondisi papa memburuk (kesadarannya makin menurun) sehingga harus dipindah ke ruang ICU. Alat bantu napas (ventilator) jadi alasan utama kepindahan papa, karna dokter takut kalo papa sampe gagal nafas dan tidak tertolong.

Masih mengharu biru, kita semua "dipaksa" menerima segala kemungkinan terburuk. Rasanya lemess banget ngeliat kondisi badan papa yang dipenuhi banyak selang. Mulai dari sonde (selang untuk makan yang dimasukin ke idung menuju lambung), oksigen, kabel monitor jantung, kabel monitor paru-paru, alat ukur tensi, infus sampe kateter. Ngga tega sekaligus ngga percaya ngeliatnya. Karna setiap hari saya lah yang selalu menghabiskan waktu bersama beliau di rumah. 

Sebagai dosen, selain jam kuliah, dia lebih banyak ngabisin waktu di rumah. Dan kebetulan hari Jumatnya, papa tuh keliatan sibuk plus antusias banget nyariin segala keperluan si abang yang mau berangkat ke Padang untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Dia sibuk nyariin dasi, semir sepatu, dll. Begitupula hari Sabtunya, dia masih nemenin nyokap ke pasar dan masih makan siang b3 sama saya dan mama sambil cerita-cerita. Ngga ada pertanda buruk, ngga ada gejala dia bakalan sakit. Makanya kita semua kaget dan shock ngeliat kondisinya yang tiba-tiba drop dan harus dirawat intensif di ruang ICU.

Yah, seperti kalimat pembuka cerita saya ini, kita memang ngga pernah tau apa yang akan terjadi sama kita berikutnya. Keadaan bisa berubah total kalau Allah menghendakinya. Dari kejadian ini, saya sih ngambil satu hikmah penting : pasrah kepadaNYA. Kalau kemarin-kemarin saya sempet gelisah menghadapi persalinan yang bisa terjadi kapan aja, sekarang saya lebih pede, lebih ikhlas. Saya percaya Allah pasti punya rencana yang terbaik untuk kehidupan kita. Apapun itu, asal kita ikhlas dan berserah, insya Allah jadi lebih mudah untuk dijalanin. Mudah2an papa juga merasa begitu ya, mohon doanya ya :')

Komentar

Postingan Populer